A.
PENGERTIAN
PSIKOLOGI
Psikologi merupakan ilmu yang
mempelajri tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun
latar belakangnya. Pada intinya psikologi disebut ilmu jiwa. Jika kita
berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara
nyawa dan jiwa. Nyama adalah daya jasmaniah yang keberadaannya tergantung pada
hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah atau organic behavior, yaitu perbuatan yang di timbulkan oleh proses
belajar. Misalnya ‘insting, refleks,nafsu, dan sebagainya. Jika jasmani mati,
maka mati pulalah nyawanya.
Sedang jiwa adalah daya hidup
rohaniah yang besifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi
sekalian perbuatan pribadi (personal
behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Perbuatan pribadi adalah
perbuatan sebagai hasil proses belajar yang di mungkinkah oleh keadaan
jasmaniah, rohaniah,sosial dan lingkungan.
Secara umum psikologi diartikan
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau ilmu yang mempelajari tentang
gejala-gejala manusia.
B.
PENGERTIAN
SIKAP
1) Menurut Sarnoff (dalam Sarwono,
2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition
to react) secara positif (favorably) atau secara negatif (unfavorably)
terhadap obyek – obyek tertentu.
2) D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam
Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap
dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek
dunia individu.
3) La Pierre (dalam Azwar, 2003)
memberikan definisi sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan
antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau
secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan.
4) Soetarno (1994) memberikan definisi
sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu
artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang,
peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Sikap
merupakan respon (perasaan) seseorang tentang objek, aktivitas, peristiwa dan
orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak
sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu. Seseorang pun
dapat menjadi ambivalen terhadap suatu target, yang berarti ia terus mengalami
bias positif dan negatif terhadap sikap tertentu dan Sikap muncul dari berbagai
bentuk penilaian.
Sikap dikembangkan
dalam tiga model di antaranya:
1) Afeksi
Respon afektif adalah respon fisiologis yang
mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu.
2) kecenderungan
perilaku
Kecenderungan perilaku adalah indikasi verbal dari
maksud seorang individu
3) kognisi
Respon kognitif adalah pengevaluasian secara
kognitif terhadap suatu objek sikap.
Kebanyakan sikap individu adalah hasil belajar
sosial dari lingkungannya. Bisa terdapat kaitan antara sikap dan perilaku
seseorang walaupun tergantung pada faktor lain, yang kadang bersifat irasional.
“Sebagai contoh,
seseorang yang menganggap penting transfusi darah belum tentu mendonorkan
darahnya. Hal ini masuk akal bila orang tersebut takut melihat darah, yang akan
menjelaskan irasionalitas sebelumnya.”
Sikap
dapat mengalami perubahan sebagai akibat dari pengalaman. Tesser (1993)
berargumen bahwa faktor bawaan dapat mempengaruhi sikap tapi secara tidak
langsung.
“Sebagai contoh, bila
seseorang terlahir dengan kecenderungan menjadi ekstrovert, maka sikapnya
terhadap suatu jenis musik akan terpengaruhi. Sikap seseorang juga dapat
berubah akibat bujukan. Hal ini bisa terlihat saat iklan atau kampanye
mempengaruhi seseorang.”
Sikap
adalah Segalanya, Sikap merupakan suatu hal kecil, tetapi dapat menciptakan
perbedaan yang besar, Sikap berperan
sangat penting terhadap kesuksesan atau kebahagiaan seseorang. Untuk sukses,
sikap merupakan hal yang sama pentingnya dengan kemampuan dimana Kemampuan merupakan sesuatu apa yang mampu anda lakukan dan di di iringi oleh
Motivasi dalam menentukan apa yang Anda lakukan. Dan Sikap menentukan seberapa
baik Anda melakukannya.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pembentukan Sikap
Proses
belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial,
individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah:
1. Pengalaman
pribadi
Untuk dapat menjadi dasar
pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2. Kebudayaan
Pengaruh lingkungan (termasuk
kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang, Kepribadian tidak lain dari
pada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement
(penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk
sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
3. Orang lain
yang dianggap penting
Pada umumnya, individu bersikap
konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting.
Kecenderungan ini antara lain di motivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut.
4. Media
massa (Sebagai sarana komunikasi)
Berbagai media massa seperti televisi,
radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa
informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap
tertentu.
5. Institusi
Pendidikan dan Agama
Sebagai suatu sistem, institusi
pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap
dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Faktor
emosi
Dalam diri Tidak semua bentuk sikap ditentukan
oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu
bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan
ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah
hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih
tahan lama.
“contohnya
bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka”
D. PENGERTIAN
PRASANGKA
Prasangka
merupakan salah satu fenomena yang hanya bisa ditemui dalam kehidupan sosial.
Munculnya prasangka merupakan akibat dari adanya kontak-kontak sosial antara
berbagai individu di dalam masyarakat. Seseorang tidak mungkin berprasangka
bila tidak pernah mengalami kontak sosial dengan individu lain. Akan tetapi
prasangka tidak semata-mata dimunculkan oleh faktor sosial. Faktor kepribadian
turut berperan dalam menciptakan apakah seseorang mudah berprasangka atau
tidak. Walaupun faktor sosial sangat menunjang untuk menciptakan prasangka,
belum tentu seseorang akan berprasangka karena masih tergantung pada tipe
kepribadian yang dimiliki, apakah ia memiliki tipe kepribadian berkecenderungan
berprasangka atau tidak
Jika muncul sebuah pertanyaan “Manakah yang lebih penting faktor
sosial atau faktor kepribadian dalam menciptakan prasangka? Maka Jawabannya
bisa keduanya sama penting atau bisa salah satu lebih penting. Apabila tekanan
dalam melihat prasangka adalah konteks sosialnya, tentu saja faktor sosial
merupakan faktor terpenting. Sedangkan bila konteks individu yang ditekankan,
maka faktor individual bisa jadi dinilai lebih penting.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mencegah adanya rasa prasangka dan diskriminasi[1]
dalam masyarakat.
Ø Adanya
sikap untuk saling terbuka
Sikap saling terbuka adalah dengan
cara menyampaikan rasa ketidak sukaan kita kepada apapun, dan kepada siapapun
dengan cara baik – baik. Ia walaupun nanti pada akhirnya akan timbul rasa
kesal, dan marah.
Ø dan sikap yang lapang
Sikap lapang dada dapat diartikan
sebagai sikap untuk menerima apa adanya semua keputusan yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah ataupun yang lainnya dan tidak boleh melakukan suatu tindakan
yang dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
“Faktor lingkungan itu cukup
berkaitan dengan munculnya suatu prasangka”
[1] diskriminasi itu
merupakan suatu sikap yang melakukan suatu tindakan untuk menyelesaikan suatu
masalah.